Bagi kamu yang pernah mendesain brosur, membuat layout majalah, atau membangun website, pasti familiar dengan teks “Lorem ipsum dolor sit amet ….” Teks ini biasanya muncul sebagai pengganti tulisan asli dalam desain yang belum final. Meski terlihat seperti rangkaian kata aneh yang tak berarti, ternyata lorem ipsum punya sejarah yang panjang.
Lorem ipsum bukan sekadar isi sementara dalam desain atau brosur. Ia membawa sejarah yang membentang lebih dari 2000 tahun. Teks ini lahir dari pemikiran filsuf besar dan terus berevolusi seiring perkembangan teknologi. Di balik tampilannya yang unik dan tidak dimengerti, tersembunyi kisah dunia literasi serta desain. Penasaran dengan asal-usulnya? Berikut fakta lorem ipsum yang menarik untuk diketahui.
Lorem ipsum berasal dari karya seorang filsuf dan orator Romawi bernama Marcus Tullius Cicero. Cicero menulis sebuah buku filsafat berjudul “De Finibus Bonorum et Malorum” sekitar tahun 45 SM. Buku itu membahas topik tentang etika, kesenangan, dan tujuan hidup. Bagian yang dijadikan lorem ipsum awalnya membahas soal bagaimana manusia memaknai rasa sakit. Jadi, walau terlihat seperti teks iseng, sumber aslinya sangat serius dan filosofis.
Frasa “Lorem ipsum dolor sit amet …” merupakan versi editan dari kalimat Latin yang lebih panjang. Kalimat aslinya adalah: “Neque porro quisquam est qui dolorem ipsum quia dolor sit amet ….”
Artinya kira-kira,
“Tidak ada orang yang mencintai rasa sakit itu sendiri, yang mencarinya hanya karena itu adalah rasa sakit.” Versi
lorem ipsumYang kita kenal saat ini telah dicacah dan disusun kembali secara acak. Inilah mengapa teks ini tampak tak berarti namun masih kelihatan sebagai bahasa yang nyata.
Penggunaan lorem ipsum sebagai dummy text. Sudah berlangsung sejak abad ke-16. Tidak diketahui siapa tukang cetak yang pertama kali menggunakan fragmen kalimat-kalimat Cicero dengan tujuan merancang susunan halaman. Dia memilih teks tersebut lantaran memiliki struktur mirip seperti bahasa Latin autentik, sehingga tak benar-benar mengacaukan estetika visualnya. Dari sinilah, lorem ipsum menyebarluaskan secara luas dalam industri percetakan. Ini menjadi preferensi utama untuk pengujian. layout tanpa perlu menuliskan kembali teks aslinya.
Pada dekade 1960, teks ini mengalami kebangkitan kembali karena bantuan teknologi komputer. Program semacam itu mulai berkembang. Aldus PageMaker menggunakan lorem ipsum sebagai template teks contoh. Dengan cepat, ia kembali menjadi standar industri dalam dunia desain digital. Banyak perangkat lunak desain modern, seperti Adobe InDesign, Canva, dan Figma, juga menyertakannya. Jadi, keberadaan teks ini terus bertahan dari zaman cetak ke era digital.
Lorem ipsum digunakan agar perhatian tidak tertuju pada isi tulisan. Karena teks ini sulit dimengerti, pembaca jadi lebih fokus pada bentuk dan tata letak. Ini membantu desainer melihat apakah ukuran font, spasi, dan susunan paragraf sudah seimbang. Jika memakai teks asli, perhatian bisa terdistraksi oleh makna kata-kata. Maka dari itu,
dummy text seperti ini sangat berguna dalam proses desain visual.
Seiring waktu, banyak versi lorem ipsum bermunculan untuk gaya yang lebih kreatif. Salah satunya adalah Cupcake Ipsum, yang dipenuhi kata-kata manis seperti “Sugar plum jelly-o chocolate cake lemon drops.” Ideal untuk desain yang berfokus pada tema kuliner, restoran, atau kafe brand yang berkeinginan untuk terlihat cheerful. Kemudian adanya Pirate Ipsum, yang mengadopsi gaya bajak laut dengan frasa serupa tersebut Nyut-nyut ajak bersiaga, yohoho dan botol rum! —pas untuk proyek dengan nuansa petualangan atau hiburan. Jika kamu ingin suasana lebih serius (tapi tetap lucu), coba Office Ipsum, yang penuh jargon korporat seperti “Let’s circle back and touch base offline before the EOD.” Generator-generator ini bisa ditemukan secara daring dan dipakai sesuai selera.
Siapa sangka, fakta lorem ipsum awalnya ditulis pada zaman Romawi kuno tetapi masih dipakai hingga abad ke-21. Dari buku filsafat Cicero hingga template startup modern, lorem ipsum tetap relevan. Ia adalah contoh sempurna bagaimana warisan budaya bisa hidup dalam bentuk baru. Dunia desain dan percetakan pun masih terus bergantung pada teks ini hingga sekarang. Jadi, lain kali kamu melihat lorem ipsum, ingatlah bahwa itu bukan sekadar teks acak.