Dampak Rambatan Dapen dan Asuransi pada Prospek Ekonomi RI yang Kurang Menguntungkan

Badan Pengawas Keuangan (OJK) mengatakan bahwa perkiraan perlambatan ekonomi di Indonesia mungkin mempengaruhi sektor industri dana pensiun dan asuransi.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun (PPDP), Ogi Prastomiyono menjelaskan
proyeksi pertumbuhan ekonomi RI Yang diluncurkan oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) ini akan memiliki dampak pada sektor dana pensiun dan asuransi di Indonesia. Misalnya, OECD telah mengecilkan pertumbuhan ekonomi RTI menurun dari 5,2% menjadi 4,9% pada tahun 2025.

“Pengurangan perkiraan pertumbuhan ekonomi di Indonesia oleh OECD Menjadi 4,9% di tahun 2025 bisa mempengaruhi LJK non-bank seperti dana pensiun dan perusahaan asuransi”, demikian penjelasan Ogi melalui balasan tertulis yang dirilis Minggu (27/4/2025).

Ogi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang melambat menghasilkan efek yaitu pengurangan imbal hasil Investasi yang demikian dapat mengecilkan kapabilitas dana pensiun dalam mencapai kewajibannya pada hari esok.

Selanjutnya, untuk sektor asuransi, dia menambahkan bahwa performa perusahaan juga mengalami perkembangan pasar modal yang lemah bisa berdampak pada hasil investasi produk tersebut unitlinked dan meningkatkan risiko
klaim atau penarikan tunai.

“Selain itu, daya beli masyarakat yang menurun juga dapat mengurangi permintaan produk asuransi, terutama yang berbasis investasi dampak tersebut meminta LJK non-bank agar lebih teliti dalam pengelolaan risiko dan kreatif dengan produk-produk mereka,” ujarnya.

Prospek ekonomi yang kurang menggembirakan diprediksi akan mempengaruhi performa sektor industri.
multifinance Sebelumnya, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, menyebut bahwa situasi ketidakstabilan ekonomi dunia semakin memburuk keadaan perekonomian di Tanah Air yang sudah mulai melemah sejak tahun 2024.

Posisi industri multifinance yang semakin memburuk akibat keadaan ekonomi saat ini, menurut Suwandi, dapat menghambat pencapaian target pertumbuhan pembiayaan multifinance tahun ini yang ditetapkan antara 8% sampai dengan 10%.

“Kira-kira antara 6% sampai 8%. Bahkan itu proyeksi yang cukup optimistis jika mencapai 8%,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Tingginya Angka Kematian Akibat Gigitan Ular: Pentingnya Edukasi dan Penanganan Tepat

Tingginya Angka Kematian Akibat Gigitan Ular: Pentingnya Edukasi dan Penanganan Tepat

Ciptakan Sekolah Menyenangkan: Kunci Utama Pendidikan yang Berhasil

Ciptakan Sekolah Menyenangkan: Kunci Utama Pendidikan yang Berhasil

Tips Bijak Menggunakan Pinjol agar Terhindar dari Risiko

Tips Bijak Menggunakan Pinjol agar Terhindar dari Risiko

3 Aspek Penting Lainnya Sebelum Membeli Rumah, Selain Anggaran Anda

3 Aspek Penting Lainnya Sebelum Membeli Rumah, Selain Anggaran Anda

Aset dan Pendapatan Industri Penjaminan Meningkat pada Awal 2025

Aset dan Pendapatan Industri Penjaminan Meningkat pada Awal 2025

Hasil Investasi Asuransi Jiwa Terkontraksi 1,19% per Februari 2025

Hasil Investasi Asuransi Jiwa Terkontraksi 1,19% per Februari 2025