Keamanan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) tetap rawan mengalami beragam masalah, mulai dari penyalahgunaan aset sampai ancaman sabotase. Ini dinyatakan oleh PT Nawakara Perkasa Nusantara (Nawakara), perusahaan yang menyediakan solusi didukung teknologi serta sistem pengamanan terpadu guna merespons persoalan-persoalan tersebut.
Dengan menggunakan jasa Solusi Keamanan Terpadu (IST), Nawakara menyatukan kemampuan staf pengaman yang berpengalaman, metode manajemen resiko, dan perangkat pemantauan canggih khusus untuk industri energi.
Joni Afrizal, GM Kantor Wilayah Regional di Pekanbaru Nawakara, menegaskan pentingnya kinerja yang handal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dalam memastikan aliran listrik berjalan lancar bagi masyarakat. Ia juga menggarisbawahi bahwa keselamatan harus tetap menjadi fokus nomor satu.
“Sistem ISS yang kami rancang secara khusus ditujukan untuk sektor dengan risiko tinggi seperti pembangkit listrik tenaga uap. Konsentrasi sistem ini adalah pada penggabungan aspek manusia, teknologi, serta tata cara operasional,” jelasnya dalam kutipan bertuliskan resmi, Minggu (27/4).
ISS Nawakara tidak hanya bergantung pada pengawasan fisik, namun juga melakukan pemetaan risiko lewat Security Risk Assessment (SRA) yang dirancang sesuai dengan permintaan dan situasi di lapangan. Rencana keamanannya mencakup berbagai aspek seperti posisinya personil, regulasi akses masuk, instalasi alat monitoring serta latihan untuk menangani insiden.
“Sistem ini sifatnya dinamis dan selalu diupdate mengikuti perubahan ancaman,” jelas Joni.
Satu dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang sudah mengimplementasikan sistem tersebut adalah PLTU Tembilahan di kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Dengan kapasitas dua unit mesin sebesar 7 MW untuk setiap satunya, pembangkit ini memberi kontribusi sebanyak 0,4% terhadap pasokan listrik pulau Sumatera serta memenuhi hingga 1,3% permintaan energi provinsi Riau.
“PLTU Tembilahan termasuk dalam jajaran pembangkit penting di wilayah Asia Tenggara, sehingga tingkat keamanan yang diterapkan perlu sebanding dengan besarnya tantangan yang ada,” ungkap Joni.