Tren Penyaluran Dividen di Awal Tahun Menurun, Inilah Alasannya

Aliran pembagian dividen di awal tahun terutama pada kuartal I-2025 berkurang apabila dibandingkan dengan masa yang serupa di tahun sebelumnya.

Menurut penelitian diaksara, paling tidak sebanyak 16 perusahaan publik merilis dividen baik secara interim ataupun tunai pada kuarter pertama tahun 2024. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama di tahun berjalan yang lalu yaitu hanya 14 perusahaan.

Analis sekaligus VP Pemasaran, Strategi & Perencanaan Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menyatakan bahwa jumlah perusahaan publik yang memberikan dividen selama kuartal I-2025 (Januari-Maret) lebih rendah jika dibandingkan dengan periode serupa tahun 2024.

Pada periode kuartal I-2024, Audi menyatakan bahwa semakin banyak emiten yang memberikan dividen dengan nilai nominal cukup tinggi. Sebagai contoh, BBRI mengeluarkan dividen sebesar Rp 84 per saham (dengan yield 3,38%), ADRO membagikan dividen senilai Rp 199,98 per saham (yang setara dengan yield 7,84%), serta BYAN menyerahkan dividen sejumlah Rp 232,74 per saham (memberikan yield 1,55%).

“Berdasarkan evaluasi kami mengenai total nilai dividen serta banyaknya perusahaan yang mendistribusikannya, ada pengurangan dalam periode kuartal I-2025 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” jelas Audi saat berbicara dengan diaksara, Sabtu (26/4).

Dia menyebutkan bahwa ada dua sektor yang dulunya rajin memberikan dividen pada awal tahun 2024, yaitu sektor perbankan dan energi, namun saat ini kedua sektor tersebut kurang aktif dalam hal itu.

Berikut adalah beberapa alasan yang mendasarinya, di antara lain, industri energi batubara melihat penurunan pada keuntungan bersihnya. Sebagai contoh, BYAN merosot sebesar 22,6% secara tahunan (YoY), sementara ADRO jatuh sebanyak 12,6% YoY.

Kedua, sektor perbankan menghadapi dampak kenaikan suku bunga yang meningkatkan
cost of credit
(CoC). Meski demikian, untuk bank BUMN, dividen tetap besar karena dividend payout ratio (DPR) ditingkatkan untuk mendukung kebutuhan pendanaan Danantara.

Selanjutnya, Oktavianus menyebutkan bahwa perubahan harga saham dari emiten yang mengumumkan pembagian dividen pada triwulan I-2025 mencerminkan respon pasar yang bervariasi. Sebagai contoh, saham BSSR terlihat jatuh sebesar 5,59%.
year-to-date
(YtD) serta TOWR menurun sebesar 15,59% YtD.

Menurut dia, situasi tersebut disebabkan oleh rasa cemas mengenai ketidakstabilan ekonomi yang semakin memburuk sejak permulaan tahun 2025 dan tambahan beban dari penekanan pada harga bahan mentah, terlebih lagi batubara, dengan perkiraan akan menunjukkan tren pelemahan di sepanjang tahun ini.

“Para investor sekarang mengambil keuntungan dari dividen dan kemudian mencari harta yang tetap tangguh meski dalam situasi pasaran yang tidak menentu,” jelasnya.

Audi pun merekomendasikan untuk trading buy Saham BSSR ditargetkan mencapai harga Rp 4.380 per saham, sementara TOWR diproyeksikan berada pada level harga Rp 600 per saham.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Investor Global Borong Saham BRI, Bukti Kepercayaan pada Fondasi Kuat Bank

Investor Global Borong Saham BRI, Bukti Kepercayaan pada Fondasi Kuat Bank

Kinerja Ekspor Indonesia Melejit Mei 2025: Harga Komoditas dan Normalisasi Perdagangan Jadi Pemicu

Kinerja Ekspor Indonesia Melejit Mei 2025: Harga Komoditas dan Normalisasi Perdagangan Jadi Pemicu

Investasi Batam: Australia dan Uni Emirat Arab Berebut Peluang Baru

Investasi Batam: Australia dan Uni Emirat Arab Berebut Peluang Baru

Investasi Danantara di AS: Strategi Indonesia Hadapi Negosiasi Tarif Trump

Investasi Danantara di AS: Strategi Indonesia Hadapi Negosiasi Tarif Trump

Kunjungan Prabowo ke Arab Saudi: Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Energi dengan Pangeran MBS

Kunjungan Prabowo ke Arab Saudi: Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Energi dengan Pangeran MBS

Target Kontrak PTPP Terancam APBN, Bidik Swasta dan BUMN

Target Kontrak PTPP Terancam APBN, Bidik Swasta dan BUMN