Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki potensi untuk memicu pertumbuhan positif di sektor produk konsumen. Akan tetapi, sampai saat ini, pengaruhnya diperkirakan masih belum mencolok.
Dari segi prospek, analisis Kiwoom Sekuritas oleh Abdul Azis mengungkapkan bahwa permintaan untuk produk makanan dan minuman dalam negeri tetap kuat sepanjang tahun ini. Oleh karena itu, proyek MBG tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan-perusahaan seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (
JPFA dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).
“Permintaan MBG masih berpotensi meningkatkan kinerja JPFA dan CPIN karena meningkatkan demand “Makanan dan minumannya,” ujar Abdul kepada diaksara, Jumat (25/4).
Terpisah, Abdul menyebutkan dalam studinya bahwa laba positif JPFA sepanjang tahun 2024 lalu disebabkan oleh pertumbuhan signifikan di bidang pemrosesan produk unggas serta bibit unggas, dengan kenaikannya mencapai 10,3% dan 23,2% secara year-on-year (YoY) berturut-turut.
Walaupun begitu, kontributor utama dalam hal pendapatan tetap berasal dari segmen pakan hewan peliharaan dengan laju pertumbuhan yang relatif stagnan, meningkat hanya sekitar 0,6% year-on-year atau mencapai angka Rp 33,5 triliun.
Memang, pendapatan JPFA tahun lalu naik 9% secara tahunan ke level Rp 55,8 triliun. Katanya, pendapatan lokal lah yang berkontribusi paling besar, yakni 98,33%.
“Kami yakin bahwa perkembangan pada segmen ini bisa terus berlanjut, diperkuat dengan kenaikan volumenya melalui program MBG,” demikian disebutkan dalam laporan tanggal 16 April 2025.
Meskipun demikian, sampai sekarang, Analis Investasi Edvisor Provina Visindo Indy Naila menganggap bahwa program MBG belum memberi dampak besar pada perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang konsumen. Menurutnya, kebijakan tersebut bersifat populer namun pengaruhnya masih kurang signifikan di masa kini.
“Tetapi untuk jangka panjang masih cukup baik,” kata Indy kepada diaksara, Sabtu (26/4).
Selain itu, sektor produk konsumer terus menghadapi tekanan akibat dampak negatif lainnya seperti penurunan kemampuan pembelian masyarakat serta depresiasi nilai tukar rupiah. Entah bagaimana caranya, para pemegang saham harus bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan mereka. Contohnya, CPIN berencana meningkatkan kapasitas produksi melalui pembuatan pabrik pakan hewan peliharaan dan fasilitas peternakan induk baru; sementara JPFA sedang fokus pada penghematan biaya operasi.
Secara keseluruhan, Indy merekomendasikan saham JPFA dan CPIN untuk sektor barang konsumsi, dengan target harga masing-masing di level Rp 1.900 dan Rp 5.000 per saham. Sementara Abdul merekomendasikan Buy untuk saham JPFA dengan target harga Rp 2.420 per saham hingga akhir tahun.