Pemimpin Utama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie menyatakan bahwa beliau beserta Dewan Penasehat Kadin Indonesia sedang melaksanakan perjalanan ke Amerika Serikat (AS), yang dimulai pada hari Sabtu, tanggal 26 April.
Rencana tersebut mencakup tiga poin penting: peralihan ke sumber daya energi terbarukan, kolaborasi bersama U.S. Chamber of Commerce, dan penarikan minat investor pada konferensi global tahunan Milken Institute 2025 yang berlangsung di Los Angeles.
Khusus dalam pertemuannya dengan U.S. Chamber of Commerce di Washington DC, Anin menyebutkan bahwa Kadin Indonesia telah berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan kementerian terkait untuk mendukung kesepakatan dagang bilateral yang ditargetkan tercapai dalam 60 hari.
“Masukan dari asosiasi serta Kadin setempat sangat kami perlukan agar para mitra perdagangan kami dapat berada di Amerika Serikat. Setelah semuanya seimbang, kami pun bisa mengekspor produk-produk lebih banyak lagi, mulai dari sepatu, peralatan elektronik, hingga pakaian,” jelas Anin dalam rilis resmi yang diterbitkan pada hari Sabtu (26/4).
Menurut Anin, perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat menunjukkan surplus sebesar US$ 18 miliar, sedangkan nilai impor minyak dan gasnya mencapai US$ 40 miliar. Kini pihak berwenang sedang berusaha memindahkan arus perdagangan untuk membuat keseimbangan yang lebih baik dalam hubungan ekonomi tersebut.
Lebih lanjut, Anin menyoroti pendekatan bilateral yang kini semakin menonjol dalam perdagangan global, yang ia gambarkan sebagai “dagang ala Glodok” merujuk pada gaya negosiasi langsung dan praktis, ketimbang multilateral.
“Nah, tidak ada yang masalah dengan pedagang Glodok, tapi ternyata di level dunia pun ini yang lagi dipakai lebih daripada multilateral yang biasa dilakukan,” tutur Anin.
Anin juga menggarisbawahi pentingnya Indonesia untuk beradaptasi dengan peraturan, khususnya yang berkaitan dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) serta kebijakan tentang kuota.
Anin pun menekankan potensi signifikan Indonesia pada perubahan energi karena kelimpahan sumberdaya alamnya, termasuk mineral penting serta kemampuan untuk memanfaatkan energi terbarukan seperti tenaga surya, hidro, angin, dan geothermal.
Selanjutnya, pada kesempatan yang sama tersebut, Anin juga menyebutkan peluang pasarnya di negara-negara baru seperti Turki dan Uni Eropa.
Anin menyebutkan bahwa kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia telah membuka jalan bagi perjanjian dagang baru yang dinilai dapat memberi manfaat besar bagi pelaku usaha nasional, termasuk ekspor komoditas seperti kopi, foodware, dan minyak sawit.
“Tadi saya dengar juga Pak Presiden (Prancis) Macron akan datang akhir Mei. Ini sinyal positif. Tapi perjanjian dagang saja tidak cukup kalau asosiasi dan Kadin daerah tidak memanfaatkannya,” ucap Anin.