Pertumbuhan pinjaman bank sudah melambat secara signifikan di kuarter I-2025, dan pertumbuhannya terlihat sangat rendah. Di berbagai elemen, industri bangunan merupakan salah satu penopang terlemah dalam perkembangan kredit sejak Oktober 2023. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa pertumbuhan kredit di Maret 2025 tercatat sebesar 9,16% year-on-year (YoY). Menurutnya, angka ini menunjukkan peningkatan yang kurang signifikan apabila dibandingkan dengan capaian bulan Februari 2025 yaitu 10,3% YoY.
“Sumbangan pertumbuhan kredit di bidang konstruksi dan ritel masih cukup rendah,” kata Perry beberapa waktu yang lalu.
Berdasarkan data uang beredar Bank Indonesia hingga Maret 2025, disebutkan bahwa penyaluran kredit konstruksi justru menunjukkan pengurangan sebesar 0,1% secara tahun-ke-tahun (YoY) menjadi Rp 387,8 triliun. Sementara itu, di bulan sebelumnya, angkanya masih tumbuh sekitar 0,5% YoY dengan nilai Rp 386,4 triliun.
Itu pun sesuai dengan keadaan di perbankan yang berfokus pada sektor properti, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Di sana, pertumbuhan kredit konstruksi hanya naik 0,3% Year-on-Year (YoY) hingga mencapai Rp 51,6 triliun per Maret 2025. Jika diamati dari sudut pandang kuartalan, pinjaman untuk konstruksi di BTN justru turun 1,4% YoY.
BTN Ramon Armando menyatakan bahwa saat ini terdapat berbagai kendala yang mesti diatasi dan dipersiapkan oleh pemain pasar dalam bidang tersebut. Sebut saja penurunan kemampuan pembelian konsumen, kenaikan biaya bahan mentah, serta pergantian regulasi berkaitan dengan status hukis atas tanah.
Di samping itu, Ramon juga mengungkapkan adanya hambatan yang berasal dari luar perusahaan. Salah satunya ialah situasi ekonomi makro yang masih tidak menentu akibat keadaan geopolitik dan kondisi ekonomi global.
“Namun begitu, prospek pendanaan untuk pembangunan perumahan tetap optimis pada tahun ini,” kata Ramon.
Sementara itu, EVP Corporate Communication and Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F. Haryn menyatakan bahwa arah pembiayaan bank kebanyakan sesuai dengan situasi ekonomi saat ini. Walaupun begitu, dia mengatakan bahwa BCA tetap mendorong pertumbuhan beberapa bidang seperti infrastuktur melalui penyaluran kredit yang hati-hati dan bijaksana.
Hingga Maret 2025, Hera menyebutkan BCA telah menyalurkan kredit konstruksi sebesar Rp 41 triliun. Pencapaian tersebut masih mengalami pertumbuhan sekitar 30,3% jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
“BCA terus mendukung distribusi kredit ke beberapa sektor yang menjanjikan, sambil memperhitungkan pendekatan hati-hati yang disesuaikan dengan perubahan kondisi ekonomi dalam dan luar negeri,” jelas Hera.
Hampir serupa, Corporate Secretary PT Bank Mandiri Tbk M. Ashidiq M. Iswara menyatakan bahwa mereka terus memaksimalkan distribusi pinjaman ke bidang konstruksi. Dia menjelaskan hal itu sebagai bagian dari usaha untuk merangsangkan perkembangan ekonomi yang berbasis pada rakyat.
Pria yang biasa dipanggil Ossy mengatakan bahwa sampai akhir Maret 2025, pemberian kredit oleh Bank Mandiri ke sektor konstruksi meningkat 16,97% secara tahun-ke-tahun, meskipun nilai spesifik tidak disebutkan. Selain itu, dia juga memastikan bahwa kualitas kredit tetap terkontrol dengan baik.
“Pertumbuhan ini didukung oleh aliran kredit ke bagian jasa konstruksi infrastruktur,” terangnya.
Akhirnya, dia menyebutkan bahwa beberapa cara bank bergambar pita emas itu merawat pertumbuhannya termasuk dengan mengadopsi teknologi dan melakukan digitalisasi, meningkatkan kerjasama, mensinergikan ekosistem usaha pelanggan mereka, mengeksplorasi lebih jauh potensi ekonomi lokal, serta memperbaiki mutu aset dan sistem pengelolaan risikonya.