Urban Farming – Warga Palangka Raya kini menggemari tren urban farming. Mereka tak hanya sekadar berkebun, tetapi juga menanam bibit tanaman buah dalam pot atau polybag yang sudah berbuah, langsung di pekarangan rumah. Fenomena menarik ini terlihat jelas dalam gelaran Car Free Day (CFD) di Jalan Yos Sudarso, Palangka Raya, Minggu (29/6/2025) pagi.
Di antara berbagai lapak penjual makanan dan produk lokal yang meramaikan CFD, sebuah lapak penjual tanaman hidup berhasil menarik perhatian. Lapak ini menjajakan beragam bibit pohon buah tropis yang siap tanam. Salah satu daya tarik utamanya adalah bibit cabai yang sudah tampak berbuah, meski ukuran pohonnya masih kecil. Banyak warga langsung membeli tanaman tersebut karena tertarik melihatnya sudah siap tanam dan memberikan hasil.
“Banyak yang tertarik karena tanamannya sudah berbuah. “Cabai ini, misalnya, meskipun kecil tapi sudah berbuah. Pembeli bisa langsung menanamnya di halaman dan merawatnya,” jelas seorang penjual tanaman rutin di CFD. Ia menjelaskan bahwa kemudahan dan hasil yang instan menjadi daya tarik utama bagi pembeli.
Bibit tanaman yang Diana jual sangat beragam, mencakup jambu air, jambu biji, mangga, jeruk santang, jeruk madu, jeruk purut, rambutan, durian, alpukat, kelengkeng, belimbing manis, hingga apel India. Kebanyakan bibit ini berasal dari proses cangkok atau okulasi, bukan dari biji. Metode ini memastikan tanaman lebih cepat berbuah dan sangat cocok untuk ditanam di pekarangan rumah yang terbatas.
“Kalau bibit hasil cangkok atau sambungan, pohonnya lebih pendek, cepat berbuah, dan cocok untuk ditanam di rumah-rumah. Satu sampai dua tahun sudah bisa panen kalau dirawat baik,” jelas Diana. Keunggulan ini menjadi nilai tambah bagi para pegiat urban farming di Palangka Raya yang menginginkan hasil cepat dan efisien.
Harga bibit tanaman yang kami banderol berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 100 ribu, tergantung ukuran dan jenis tanamannya. Setiap akhir pekan, ia mengaku rata-rata bisa menjual 20 hingga 25 pohon. Angka ini menunjukkan tingginya minat masyarakat Palangka Raya terhadap kegiatan berkebun di rumah.
Seorang pengunjung, Winda, mengaku sangat tertarik dan akhirnya membeli bibit cabai karena melihat tanaman tersebut sudah berbuah. Ia sebenarnya juga ingin membeli bibit pohon jeruk yang sudah ada buahnya, namun terpaksa menundanya karena keterbatasan dana.
“Tadinya mau beli jeruk juga karena udah ada buahnya. “Tapi tidak jadi, saya sudah memakai uangnya karena tadi anak saya meminta saya membelikan kelinci,” ucapnya sambil tersenyum. Pengalaman Winda ini mencerminkan bagaimana daya tarik visual buah yang sudah ada di bibit menjadi faktor penentu pembelian.
Selain tanaman buah, Diana juga menjual beberapa jenis tanaman hias dan herbal, seperti bunga kertas, melati, serta pohon kelor yang terkenal kaya manfaat kesehatannya. Meskipun kebanyakan pengunjung CFD datang bukan khusus untuk membeli tanaman, bibit yang sudah berbuah seringkali berhasil menarik perhatian mereka dan mendorong pembelian impulsif.
Urban farming bukan hanya menjadi pilihan aktivitas yang menyenangkan. Kegiatan ini juga memberikan manfaat nyata bagi ketahanan pangan keluarga dengan menyediakan pasokan buah segar langsung dari halaman rumah, sekaligus berkontribusi pada penghijauan lingkungan perkotaan. Tren ini menunjukkan bagaimana masyarakat Palangka Raya semakin sadar akan pentingnya memanfaatkan lahan terbatas untuk menghasilkan produk pangan sendiri dan menciptakan lingkungan yang lebih hijau.