Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memastikan semua beras premium oplosan mereka tarik dari peredaran gerai ritel. Ini termasuk beras merek Alfamart dari produsen PT Food Station Tjipinang Jaya. Ketua Umum Aprindo 2024–2028 Solihin menegaskan, mereka menarik beras premium dengan merek Alfamart dari display dan tidak menjualnya di gerai ritel di Indonesia. Ia menjelaskan, jika peritel Alfamart masih menjual beras premium merek Alfamart, maka nama perusahaan tersebut akan mereka pertaruhkan.
“Saya pastikan yang merek [beras premium] Alfamart, kita tarik. Saya pastikan, ya. Yang lainnya kita lagi coba [tarik dari display],” kata Solihin saat dihubungi Bisnis, Kamis (24/7/2025).
Solihin juga memastikan pihaknya akan sesegera mungkin meretur beras premium oplosan ke masing-masing produsen beras, termasuk merek beras Alfamart. “Segera mungkin kita retur. Sampai produsennya meyakinkan kita berdasarkan standar mutu memang sudah terpenuhi. Lalu kita terima barangnya. Kalau tidak, kita tidak mau terima,” terangnya.
Selain beras merek Alfamart, Aprindo juga bakal segera menarik beras premium oplosan lainnya, seperti Sania dan merek beras premium oplosan lainnya. “Kita turunkan dari display. Dalam jangka waktu tertentu, kami akan kumpulkan semuanya dari toko, baru nanti selanjutnya kalau tidak ada perubahan strategi dari produsen, pasti akan kita retur,” tuturnya.
Solihin menjelaskan, jika Aprindo menarik semua merek beras premium oplosan, masyarakat akan sulit mendapatkan beras premium atau terancam langka. Terlebih, ia mengungkap bahwa saat ini pasokan beras premium tengah seret, lantaran hanya ada 50–60%.
Di samping itu, Solihin menyatakan bahwa peritel tidak ingin mengambil risiko dengan tetap menjual beras premium oplosan di toko ritel. “Kecuali, produsen [beras] mau menurunkan harga belinya. Kalau sekarang ini kan barang-barang tadi kita beli dengan harga premium. Kan tidak mungkin kalau pedagang kita jualnya dengan harga medium,” ujarnya.
Adapun, Solihin menuturkan, adanya temuan beras premium oplosan akan merugikan citra para peritel. “Itu kan citra tidak ada nilainya. Kalau sudah tercoreng seperti itu masyarakat kan pasti melihat [peritel menjual beras premium oplosan]. Jadi saya melihat kalau itu diturunkan juga harganya [seperti beras medium], kayaknya tidak mengangkat, deh. Karena image-nya sudah [buruk],” tuturnya.
Meskipun demikian, Solihin menyatakan Aprindo tidak akan menuntut para produsen beras premium tersebut. “Tidak, tidak menuntut. Tidak usah lah. Kita turunkan [dari display], kita retur saja. Tidak usah menuntut lah, jangan. Mungkin ada kekhilafan atau apa, kita juga tidak tahu,” tandasnya.
Untuk diketahui, sebanyak lima merek beras premium yang tiga produsen produksi tengah diusut dalam perkara dugaan beras oplosan premium. Rinciannya, mulai dari Sania oleh PT PIM. Kemudian, PT FS dengan merek beras Setra Ramos Biru, Setra Ramos Merah, dan Setra Ramos Pulen. Serta, Toko SY produsen beras Jelita dan Anak Kembar.
Sebelumnya, Kepala Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri Helfi Assegaf mengatakan, pihaknya telah meminta para produsen beras untuk menurunkan harga beras premium. Ini harus sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) dan komposisi beras, alih-alih menariknya di pasaran.
“Bukan ditarik, distribusi tetap [berjalan], tetapi [harganya] diturunkan sesuai dengan isi komposisi tersebut,” ujar Helfi di Jakarta, Kamis (24/7/2025).
Ia menjelaskan, produsen harus menjual beras sesuai dengan HET dan komposisi. Ini termasuk menghitung komposisi beras pecahan (broken rice). “Kalau ini pecahannya [broken rice] misalnya 15% dan ini harganya memang harusnya hanya misalnya Rp13.000 atau Rp12.000, ya jual Rp12.000. Jangan harga komposisinya hanya Rp12.000, dia jual Rp16.000. Seperti yang mereka lakukan saat ini,” terangnya.
Seiring adanya temuan beras oplosan ini, Satgas Pangan memastikan distribusi beras tetap berjalan dan tidak mengganggu stok beras di pasaran. Di samping itu, Helfi menuturkan bahwa Satgas Pangan juga telah mengumpulkan para produsen dan memerintahkan agar mereka menjual produk sesuai dengan komposisi. Ini termasuk mengacu pada HET.
“Artinya apa? Menurunkan harga. Turunkan harga sesuai HET atau di bawah HET, sesuai dengan komposisi yang benar,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Helfi menyampaikan bahwa para produsen beras juga telah mengirimkan surat kepada Satgas Pangan perihal penurunan harga beras yang bakal mereka jual di ritel. “Kami meminta mereka menurunkan harga sesuai dengan isi komposisi. Dan itu sudah mereka lakukan. Ada yang sudah bersurat, ada yang sudah mungkin menyampaikan melalui media, untuk masyarakat harga harus disesuaikan dengan komposisi yang ada,” ia menuturkan.
Selain itu, Helfi menyampaikan, kini telah ada kesepakatan produsen sebelum menjual dan menitipkan beras premium ke gerai ritel modern. Beras premium yang ada di gerai ritel sepenuhnya menjadi tanggung jawab produsen. Dengan kata lain, setiap produsen beras wajib menjaga mutu dan menjamin bahwa barang yang mereka jual tidak akan bermasalah.
“[Produsen beras] menyatakan bahwa beras yang mereka jual ini sudah sesuai dengan ketentuan, sesuai ketentuan dan menjadi tanggung jawab produsen,” tandasnya.