Dunia investasi sering kali dihubungkan dengan resiko besar, perjudian, serta taktik yang sangat agresif untuk mendapatkan laba secara cepat.
Namun, Sandra Sunanto, yang menjabat sebagai Presiden Direktur di PT Hartadinata Abadi Tbk, (HRTA), memilih strategi alternatif dengan menonjolkan kestabilan, pengambilan keputusan yang hati-hati, serta mempertimbangkan nilai jangka panjang dalam merancang portofolio investasinya.
Untuk Sandra, berinvestasi tidak hanya tentang menyuntikkan dana demi mendapatkan keuntungan, tetapi juga adalah usaha untuk merencanakan masa depan dengan penuh kesadaran. Ia memulai perjalanan investasinya sejak awal karier profesional, tepat setelah menerima gaji pertamanya dan mampu menyisihkan sebagian pendapatan.
Mengagumkannya, investasi awal yang dilakukannya tidak berbentuk saham ataupun properti, tetapi justru pada bidang pendidikan.
“Investasi awal saya adalah meneruskan pendidikan ke jenjang magister pada tahun 1998. Menurutku, lanjutan studi merupakan bentuk investasi yang sangat penting bagi perkembangan di kemudian hari,” ungkap Sandra.
Setelah menuntaskan pendidikan, Sandra mengalihkan fokus investasinya ke emas batangan, instrumen yang dinilai fundamental dalam pengelolaan kekayaan jangka panjang. Ia memulai dengan membeli emas seberat 10 gram, lalu secara konsisten menambah kepemilikan emasnya.
Menurut Sandra, ketertarikannya pada emas tidak hanya berdasarkan nilai intrinsik logam mulia tersebut, tetapi juga faktor budaya dan sejarah di masyarakat Indonesia. Ia menilai emas memiliki nilai yang stabil dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, serta mudah diuangkan saat dibutuhkan.
“Sejak dulu sudah banyak anjuran dari ibu-ibu kita untuk membeli emas ketika memiliki uang, karena mudah diuangkan dan nilainya stabil,” kata Sandra.
Pada saat ini, rangkaian investasi milik Sandra mencakup 50% logam mulia, 40% real estat, serta 10% surat-surat berharga. Karya itu menggambarkan strategi konservatif tapi hati-hati yang dia yakini dapat memastikan kestabilan keuangan meski dalam perubahan ekonomi dunia.
Sandra mengadopsi pendekatan investasi yang simpel tapi kuat, yakni ketelitian serta kesinambungan. Dia cenderung memilih opsi yang transparan, mudah diikuti, dan tangguh melawan goncangan pasar.
Menurutnya, “Investasi bagi saya tidak tentang menjadi kaya mendadak, melainkan cara mempersiapkan masa depan yang lebih stabil dan damai.”
Sandra menyatakan bahwa kekuatan dari ketekunan tampak jelas ketika dia menghadapi suatu keperluan yang mendadak. Kebiasaan membeli emas secara bertahap yang awalnya terasa tidak berarti, justru menjadi penyelamat ketika sebagian emas tersebut dapat dijual dengan harga lebih tinggi dibanding harga beli.
“Kesabaran itu penting. Emas benar-benar bisa menjadi penyelamat di saat-saat genting,” ungkapnya.
Di tengah maraknya tren investasi dalam koleksi jam tangan, tas mewah, atau sneakers edisi terbatas, Sandra memilih tetap berpegang pada prinsipnya. Ia tidak menganggap barang-barang tersebut sebagai instrumen investasi, melainkan sebagai bentuk penghargaan terhadap diri sendiri.
“Saya membeli beberapa barang itu sebagai reward atas kerja keras saya, bukan sebagai investasi,” jelasnya.
Melihat semakin besarnya minat masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap investasi, Sandra menyarankan untuk memulai dari instrumen yang sederhana. Menurutnya, emas adalah pilihan ideal bagi investor pemula karena mudah dipahami, likuid, dan nilai pertumbuhannya stabil.
“Bahkan saat ini sudah tersedia layanan mencicil untuk memiliki emas. Anggap saja seperti menabung,” tutupnya.