Perusahaan pembuat pesawat dari Amerika Serikat (AS), Boeing menglaporkan perkembangan performa pengiriman pesawat selama kuartal I tahun 2025.
Berdasarkan laporan perusahaan, jumlah total pesawat komersial yang dikirim Boeing selama kuartal I/2025 mencapai 130 unit. Dari jumlah tersebut, 105 unit adalah pesawat Boeing 737 Max, sementara sisanya terdiri dari model pesawat lain, termasuk Boeing 787 dan 767. Pengiriman pesawat 737 Max menunjukkan kelanjutan dari pemulihan produksi setelah peristiwa penangguhan model ini pada 2019 lalu.
Jumlah pengiriman pesawat ini menunjukkan peningkatan sebesar 56,62% jika dibandingkan dengan kuartal I/2024, di mana jumlahnya baru mencapai 83 pesawat. Walau begitu, Boeing tetap memiliki tantangan untuk memperbaiki jumlah pengiriman, terutama berkaitan dengan proses produksinya yang belum lancar pada jenis pesawat 787. Kendala ini meliputi masalah teknikal serta peraturan.
Boeing pun menyebutkan bahwa walaupun ada kenaikan dalam hal pemesanan, mereka tetap memiliki backlog permintaan yang penting. Sampai penghujung kuartal I/2025, totalannya backlog Boeing tercatat mencapai lebih dari 5.600 pesawat, dengan nilai pesanan mencapai lebih dari US$545 miliar.
Backlog Ini mencakup beragam jenis pesawat seperti 737 Max, 787, serta 777X. Ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan pesawat komersial Boeing masih tinggi walaupun hadirnya beberapa hambatan di pasaran.
Boeing bertujuan menaikkan tingkat produksi pesawat 737 Max hingga 38 unit setiap bulannya di tahun 2025 demi menjaikan kebutuhan pasaran yang semakin naik.
Di samping itu, perusahaan berniat memperkecil jumlah produksi pesawat 787 hingga tujuh unit tiap bulannya. Tujuan dari langkah ini adalah untuk menyusutkan durasi penantian bagi para pembeli yang sudah mereservasi pesawat tersebut.
Namun, perusahaan masih menghadapi hambatan dalam hal pengiriman pesawat 787, yang mengalami penundaan akibat masalah teknis terkait kualitas dan persetujuan dari otoritas penerbangan. Meskipun demikian, Boeing berkomitmen untuk menyelesaikan masalah tersebut dan memastikan pengiriman pesawat dilakukan sesuai jadwal.
Boeing juga mengalami hambatan akibat perselisihan dagang antara Amerika Serikat dan China. Sejumlah perusahaan penerbangan di China memutuskan untuk menunda pengiriman pesawat baru dari Boeing, mencakup kira-kira 50 unit bernilai lebih dari US$1 miliar.
Hal ini berdampak pada pengiriman pesawat ke pasar Asia, yang sebelumnya menjadi salah satu pendorong utama permintaan untuk pesawat Boeing.
Sebagai solusi, Boeing melakukan pengalihan pengiriman pesawat, dari yang seharusnya dikirim ke China ke negara-negara lain, seperti India. Pasar Asia Selatan dinilai memberi peluang dan membantu mengurangi dampak dari ketegangan perdagangan antara AS dan China.