Nestlé bersama dengan beberapa raksasa produsen barang konsumen lainnya di AS merilis sebuah strategi pada hari Kamis tanggal 24 April 2025 guna mencegah peningkatan harga dari produk-produk mereka. Upaya ini dilakukan untuk menjaga posisi pasarnya sementara para konsumen AS khawatir akan ketidaktentuan ekonomi yang disebabkan oleh perselisihan perdagangan dunia tersebut.
Pilihan ini mengakomodasi peningkatan penerimaan pelanggan terhadap produk merek swasta yang lebih hemat biaya, khususnya sesudah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan bea masuk tambahan pada sejumlah negeri lain, hal itu menimbulkan dugaan akan adanya resesi ekonomi.
Perusahaan-perusahaan seperti Nestlé dan Unilever sedang mengalami tekanan signifikan dari merk-merk pribadi yang menyediakan barang dengan harga lebih murah di gerai supermarket. Kini konsumen di Amerika cenderung lebih hemat dalam belanja karena adanya pembatasan anggaran, sehingga mereka mulai mencari opsi alternatif demi mengurangi beban pengeluaran keluarga, apalagi pada saat ada potensi peningkatan biaya akibat tariff baru tersebut.
“Persaingan antara merek swasta sungguh sengit. Kini konsumen mulai mengevaluasi kembali keputusan pembelian mereka demi mendapat nilai optimal,” ungkap Tom Lemaigre, yang merupakan manajer portofolio di Janus Henderson, sebagaimana dilansir dari ESM Magazine.
Nescafé dan KitKat adalah beberapa merek milik Nestlé, perusahaan ini berusaha mempertahankan kesetiaan konsumen dengan tidak meningkatkan harganya.
Tarif yang diberlakukan AS terhadap sejumlah negara telah memicu kekhawatiran akan kenaikan harga komoditas dan utilitas dasar. Survei McKinsey menunjukkan bahwa 60 persen konsumen Amerika berencana mengubah kebiasaan belanja mereka dengan beralih ke produk yang lebih murah, berbelanja di klub grosir, atau memilih belanja daring untuk mengatasi kenaikan biaya.
“Para konsumen siap-siap mengalami peningkatan harga karena adanya tarif, dan mereka berupaya menemukan metode agar tetap bisa irit,” ungkap Patricio Ibáñez, mitra di McKinsey, seperti dikutip dari sumber tersebut.
Reuters.
Nestlé mengklaim bahwa sebanyak lebih dari 95% pendapatan mereka di Amerika Serikat berasal dari produk yang diproduksi secara lokal. Karena itu, dampak langsung dari tariff cenderung terbatas; namun, pengaruh tak langsungnya masih sulit untuk ditentukan.
Walaupun menghadapi tekanan, Nestlé menyatakan adanya pertambahan penjualan organik senilai 2,8% di awal tahun 2025 ini, lebih tinggi dari perkiraan semula; namun perusahaan masih waspada akan pengaruh bea masuk tersebut. Mereka terus mendorong pembaruan produk serta menambah efisiensinya demi memelihara posisinya dalam bersaing, dengan usaha pula agar bisa menjaga harganya tetap murah buat para pembeli.
“Kami harus bergerak cepat untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan memastikan produk kami tetap menjadi pilihan utama,” kata seorang juru bicara Nestlé, dikutip dari ESM Magazine.
Langkah ini mencerminkan upaya Nestlé untuk menyeimbangkan profitabilitas dengan kebutuhan konsumen di tengah dinamika ekonomi yang menantang.