Autophagy sering dibicarakan akhir-akhir ini, terutama karena proses ini muncul saat seseorang berpuasa. Banyak ahli menyebut autophagy memiliki manfaat luar biasa, termasuk menjaga kesehatan sel dan memperlambat penuaan. Namun, apa sebenarnya autophagy itu, dan mengapa puasa mendorong terjadinya proses ini?
Kata autophagy berasal dari bahasa Yunani, “autos” berarti “diri sendiri” dan “phagomai” berarti “memakan.” Maka, autophagy menggambarkan kondisi ketika sel-sel di dalam tubuh mendaur ulang bagian-bagian yang telah rusak atau tidak lagi berfungsi.
Proses ini menjadi semacam mekanisme “pembersihan internal.” Tubuh pun lebih efisien dan sel-sel sehat mampu bekerja optimal untuk mencegah penurunan fungsi organ. Selain itu, penelitian menyatakan bahwa optimasi autophagy berhubungan dengan umur panjang dan kesehatan metabolik.
Selama puasa, tubuh kekurangan energi eksternal karena tidak ada asupan kalori dari makanan. Akibatnya, sel-sel mulai “mengakali” situasi ini dengan memanfaatkan cadangan dan bagian rusak di dalamnya.
Penurunan Glukosa dan Insulin
Setelah beberapa jam tanpa makan, kadar gula darah (glukosa) dan insulin menurun. Keadaan ini memberi sinyal pada tubuh untuk mencari sumber energi baru.
Pemecahan Glikogen
Hati menyimpan cadangan glikogen, dan ketika asupan kalori berhenti, tubuh memecah glikogen menjadi glukosa guna mempertahankan fungsi vital. Proses ini berlangsung sampai stok glikogen menipis.
Ketosis Meningkat
Setelah glikogen habis, tubuh mulai membakar lemak sebagai bahan bakar utama. Kondisi ini dikenal sebagai ketosis. Berkat perubahan ini, autophagy melaju lebih cepat.
Selama puasa berkepanjangan, misalnya di atas 24 jam, autophagy semakin aktif. Tubuh giat mengolah komponen sel rusak untuk dirombak menjadi energi baru.
Meskipun istilah autophagy terdengar asing, banyak riset mendukung gagasan bahwa proses ini berdampak besar pada kesehatan jangka panjang.
Karena alasan inilah, autophagy sering dikaitkan dengan antipenuaan. Banyak ahli menyebut perbaikan sel konstan ini sebagai kunci umur panjang dan kesehatan prima.
Berapa lama kita harus berpuasa agar autophagy berjalan optimal? Menurut sejumlah studi, autophagy mulai aktif setelah 24 jam tanpa makan dan mencapai puncaknya sekitar 48 jam.
Jika Anda baru pertama kali mencoba puasa panjang, konsultasi dengan dokter penting dilakukan. Beberapa orang mungkin perlu penyesuaian bertahap sebelum berpuasa lebih lama.
Puasa bukan satu-satunya cara merangsang autophagy. Anda juga bisa melakukan beberapa strategi berikut untuk mendapatkan manfaat serupa:
Pilihan strategi bergantung pada preferensi dan kondisi kesehatan Anda. Yang terpenting, berikan tubuh kesempatan mengelola energinya secara efisien.
Meskipun autophagy memiliki segudang manfaat, tidak semua orang bisa menjalani puasa panjang. Misalnya, ibu hamil, penderita diabetes tertentu, atau orang dengan riwayat gangguan makan perlu berhati-hati saat mencobanya.
Selain itu, puasa panjang kurang direkomendasikan untuk anak-anak yang masih membutuhkan nutrisi optimal demi tumbuh kembang mereka.
Autophagy berarti sel-sel tubuh “memakan diri sendiri,” khususnya bagian-bagian sel yang rusak, sehingga organ dapat bekerja lebih efisien. Proses alami ini melindungi tubuh dari penumpukan sampah seluler yang memicu penyakit degeneratif. Salah satu pemicu utamanya adalah puasa, karena ketiadaan kalori memaksa tubuh menghemat energi dengan cara mendaur ulang sel-sel tak berguna. Meskipun begitu, rentang waktu untuk mencapai autophagy bervariasi bagi tiap orang. Beberapa praktik lain, seperti pembatasan kalori dan latihan fisik, juga dapat meningkatkan autophagy. Ingat, selalu konsultasikan rencana puasa panjang dengan tenaga medis, apalagi jika Anda memiliki kondisi kesehatan khusus. Dengan menerapkan metode yang tepat, Anda bisa memetik manfaat optimal autophagy untuk kesehatan sel dan mendukung hidup yang lebih berkualitas.