Putra Nyai Roro Fitria, Muhammad Sulthan Al-Fathir, mengalami intoleransi makanan setelah menyantap ikan salmon di sebuah hotel berbintang lima di Kota Bandung. Setelah mengonsumsi ikan salmon, Baby Sulthan langsung mengalami pembengkakan bibir dan diare, sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Pada Rabu (9/7/2025), Nyai Roro Fitria mengungkapkan kronologi kejadian yang menyebabkan anaknya dibawa ke rumah sakit. “Saya akan menceritakan sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan yang saya alami saat menginap di hotel berbintang 5 dengan inisial G di Bandung,” kata Nyai Roro Fitria di kawasan Cikini, Jakarta Pusat pada Rabu (9/7/2025).
Pada hari Rabu, 4 Juli 2025, Nyai dan Baby Sulthan menghadiri sebuah acara di hotel tersebut. Malam harinya, Nyai dan Baby Sulthan berbuka puasa bersama. Salah satu hidangannya adalah ikan salmon.
“Pada tanggal 4 Juli 2025, Nyai bersama Baby Sulthan dan pengasuhnya mengikuti family camp yang seorang ustaz terkenal di Indonesia adakan di hotel tersebut. Setelah mereka melakukan check-in dan beberapa kegiatan pembukaan, pada malam hari panitia mengadakan acara makan malam dengan menu buffet, dan salah satu hidangannya adalah ikan salmon,” ia menambahkan.
Saat mengonsumsi ikan salmon itu, Nyai mengakui telah mulai curiga karena kondisinya tidak segar. Ia pun merasa waspada terhadap penampilan ikan salmon yang berbeda dari biasanya.
“Pada masa itu Nyai sedikit curiga karena ikan salmon segar bila dipotong akan tetap lurus. Namun pada malam itu ketika Nyai memotongnya langsung lembek, berarti maaf konotasi kurang segar,” katanya.
Setelah selesai makan malam, Nyai dan Baby Sulthan melanjutkan kegiatan berikutnya. Saat acara pengajian berlangsung, tubuh Sulthan mulai terasa panas dan tampak gelisah. Bahkan, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya daripada mengikuti pengajian khusus anak-anak.
“Kemudian Sulthan makan, lalu beralih ke jadwal untuk menghadiri dauroh atau pengajian. Di ruang dauroh, ia mulai gelisah, tubuh terasa panas meskipun suhu AC di dalam ruangan dingin. Setelah itu, seharusnya Sulthan mengikuti dauroh untuk anak-anak, ada kelas dauroh khusus anak-anak tetapi ia meminta pulang ke kamar dibawa oleh pengasuhnya,” tambahnya.
Saat tiba di kamar, bibir Sulthan sudah membengkak di bagian atas. Beberapa jam kemudian, seluruh permukaan bagian atas bibirnya langsung membengkak sangat besar.
“Kemudian di kamar ada bibir yang membengkak terlebih dahulu di bagian atas, lalu beberapa jam kemudian membengkak sangat besar di permukaan bagian atas seluruhnya,” kata Nyai.
Kemudian Sulthan mulai muntah. Suhu tubuhnya bahkan mencapai 39 derajat Celcius. Karena terus menangis, pengasuhnya segera menghubungi Nyai agar segera kembali ke kamar.
“Setelah itu suhu tubuh sangat tinggi. Nyai selalu membawa termometer, jadi ia mengukurnya di sana dan hasilnya 39 derajat. Sudah begitu ia menangis terus, ia tidak mau diberi minum, ia tidak mau diberi susu, ia tidak mau diminta makan, lalu langsung muntah-muntah,” ungkap Nyai.
“Nah otomatis pengasuh langsung menghubungi Nyai yang masih berada di kelas dauroh, lalu segera kembali ke kamar. Nyai menemukan Sulthan sedang muntah-muntah, muntahannya berwarna hijau, hijau keputihan, dan terlihat kusam,” tambahnya.
Melihat keadaan anaknya yang tidak kunjung membaik, Nyai langsung memesan obat melalui pesanan online. Namun, kondisi anak tersebut tetap tidak membaik.
Ia juga menanyakan solusi dari pihak hotel, tetapi tidak ada dokter yang berjaga pada malam hari. Pihak hotel kemudian menyarankan mengunjungi klinik. Namun, klinik tersebut baru mulai buka pukul 09.00 WIB.
“Terus setelah itu tidak bisa tidur hingga pukul 12 malam. Perekam dapat melihatnya di CCTV hotel tersebut: pengasuh Nyai meminta ia mengambil obat yang Nyai pesan dari Halodoc, yaitu obat Sanmol anak, Termorex anak, dan Byebye Fever yang ia oleskan di dahi pada pukul 12.05 WIB. Setelah itu, selama semalaman ia tetap demam menggigil dan mengalaminya dengan buang air kecil berulang,” kata Nyai.
“Terus, setelah itu saat Nyai menghubungi pihak hotel, tidak ada dokter yang siap sedia, hanya ada klinik yang buka pukul 9 pagi. Nyai menunggu klinik hingga pukul 9 pagi, padahal Sulthan sudah lemas meminta ampun, bibirnya bengkak,” lanjutnya.
Nyai Roro Fitria menunggu klinik tersebut dibuka. Namun, sayangnya dokter yang bertugas di klinik itu terlihat sangat muda. Ia langsung mencari bantuan ke rumah sakit.
“Saat sudah pukul 09.00 pagi, yang ada di klinik hanya seorang perawat. Perawat itu masih dalam masa magang serta sangat muda, sehingga tidak bisa memberikan pertolongan apa pun. Nyai langsung mengambil inisiatif pergi ke rumah sakit,” katanya.
Sesampainya di rumah sakit, Baby Sulthan segera menjalani beberapa pemeriksaan, termasuk tes darah. Setelah pemeriksaan selesai, dokter menemukan bahwa Baby Sulthan mengalami keracunan atau intoleransi makanan.
“Rumah sakit terdekat adalah Rumah Sakit Adven Bandung. Kemudian, dokter melakukan beberapa pemeriksaan, termasuk pengambilan sampel darah. Dokter IGD saat itu menyimpulkan bahwa berdasarkan indikasi yang Nyai sampaikan, kondisi Baby Sulthan saat tiba menunjukkan adanya keracunan atau intoleransi makanan, yaitu alergi terhadap makanan terakhir yang ia konsumsi,” katanya.
Setelah pemeriksaan, Baby Sulthan segera dirujuk untuk menjalani perawatan karena kondisinya sangat memprihatinkan.
“Dokter bertanya kepada Nyai apa makanan terakhir yang dikonsumsi? Yaitu ikan salmon di hotel G. Setelah itu, setelah hasil tes darah keluar, dokter langsung merujuknya untuk perawatan inap karena kondisinya mengkhawatirkan saat itu, Baby Sulthan,” kata Nyai Roro Fitria.