Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya untuk terus mendorong penurunan suku bunga acuan atau BI Rate. Ini terjadi usai pemangkasan 75 basis poin sepanjang tahun ini. Bahkan, dalam satu tahun terakhir, suku bunga telah turun 100 bps dari 6,25% menjadi 5,2%.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter (DKEM) Firman Mochtar mengungkapkan, komitmen tersebut adalah upaya mendorong penurunan suku bunga di pasar lainnya, baik pasar uang maupun perbankan.
“Kami ingin dorong terus itu [penurunan] suku bunganya, agar memang transmisinya ke pasar-pasar lain itu berjalan dengan baik,” ujarnya dalam Taklimat Media, Kamis (24/7/2025).
Firman menuturkan, pihaknya terus mencermati ruang penurunan. Ini termasuk dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi.
Sampai saat ini, kata Firman, dampak penurunan BI Rate sudah terlihat di pasar uang antarbank. Transmisi penurunan tersebut juga telah tampak pada penurunan tingkat imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN). Suku bunga INDONIA terus menurun menjadi 5,14% pada 15 Juli 2025. Sebelumnya, pada Mei, angka itu sebesar 5,77% sebelum pengumuman penurunan BI Rate. Sementara itu, imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun menurun dari 6,13% menjadi 5,86%. Untuk tenor 10 tahun, penurunan terjadi dari 6,71% menjadi 6,56%.
Selain itu, suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan juga menurun. Angkanya masing-masing sebesar 6,40%, 6,44%, dan 6,47% sebelum penurunan BI-Rate pada Mei 2025. Kini menjadi 5,85%; 5,86%; dan 5,87% pada tanggal 11 Juli 2025.
Namun demikian, suku bunga deposito 1 bulan meningkat, dari 4,81% pada Mei 2025 menjadi 4,85% pada Juni 2025. Ini seiring persaingan bank untuk memperoleh pendanaan. Suku bunga kredit perbankan juga masih tinggi, yaitu 9,16% pada Juni 2025, tidak jauh berbeda dari 9,18% pada Mei 2025.
“Memang kami perlu terus dorong agar masuk [transmisinya] ke perbankan. Nah, strategi untuk memperkuat transmisi suku bunga, ini dilakukan melalui berbagai strategi di pasar, di operasi moneter,” lanjutnya.
Firman meyakini, penurunan suku bunga sebesar 100 bps sejak tahun lalu pada gilirannya akan berdampak pada bagaimana perbankan menempatkan dananya. Ini akan membuat suku bunga kredit turun, kredit meningkat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, ia tidak menampik bahwa perlu waktu agar efek transmisi terasa sepenuhnya.
Sebagaimana Gubernur BI Perry Warjiyo sampaikan, Firman menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga akan tetap mengacu pada tiga faktor: pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar rupiah.
Dari sisi inflasi, bank sentral melihat adanya potensi perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) akan terus turun. Ini akan lebih rendah dari 2,5%. Target Bank Indonesia pada rentang 1,5% hingga 3,5%.
Kinerja nilai tukar yang mulai stabil juga menjadi indikator pemangkasan BI Rate ke depannya. Meskipun demikian, itu semua akan tetap bergantung pada kondisi global.
“Masih ada ruang untuk menurunkan itu, tapi bagaimana kita lihat lagi nanti. Bagaimana perkembangan-perkembangan yang akan terjadi dari sisi globalnya,” jelasnya.