Gletser di seluruh dunia dilaporkan mencair lebih cepat daripada yang pernah tercatat sebelumnya. Temuan ini semakin menguatkan kekhawatiran bahwa perubahan iklim menjadi biang kerok utama di balik percepatan pencairan es. Jika tren ini terus berlanjut tanpa adanya upaya mitigasi yang berarti, diperkirakan kenaikan permukaan air laut global bisa mencapai 32 sentimeter (cm) dalam beberapa dekade mendatang. Angka tersebut, meski tampak kecil, dapat menimbulkan dampak luar biasa bagi kehidupan manusia, terutama di wilayah pesisir.
Apa Saja Temuan Terbaru tentang Pencairan Gletser?
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature pada 19 Februari mengungkap bahwa gletser di seluruh dunia telah kehilangan sekitar 5 persen volumenya sejak pergantian abad. Selama dua dekade terakhir, laju pencairan ini bahkan kian meningkat. Sepanjang tahun 2000-2023, gletser di luar lapisan es utama (Greenland dan Antartika) kehilangan sekitar 270 miliar ton es setiap tahunnya.
Penelitian ini melibatkan lebih dari 35 tim peneliti dari seluruh dunia, yang menggabungkan 230 perhitungan gletser di berbagai daerah. Metodologi yang digunakan pun beragam, mulai dari pengukuran lapangan langsung hingga pemanfaatan data satelit terkini. Meskipun pengukuran langsung dapat memberikan hasil detail, metode tersebut hanya bisa diterapkan pada sebagian kecil dari total 200 ribu gletser yang tersebar di seluruh penjuru Bumi.
“270 miliar ton es yang hilang dalam satu tahun setara dengan konsumsi air seluruh populasi global dalam 30 tahun, dengan asumsi 3 liter per orang per hari.”
— Michael Zemp, World Glacier Monitoring Service
Penyebab Pencairan Gletser yang Semakin Cepat
- Perubahan Iklim
Penyebab utama pencairan gletser adalah pemanasan global, yang sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas. Emisi gas rumah kaca dari sektor industri, transportasi, dan pertanian memperangkap panas di atmosfer, meningkatkan suhu rata-rata Bumi.
- Kenaikan Suhu Udara
Gletser memerlukan suhu yang cukup dingin agar tetap stabil. Ketika suhu meningkat, proses pencairan melebihi laju pembentukan es baru. Hal ini menyebabkan gletser menyusut secara perlahan—bahkan lebih cepat bila dibandingkan periode-periode sebelumnya.
- Fenomena Umpan Balik Positif
Ketika gletser mencair, area daratan atau perairan di sekitarnya yang lebih gelap akan menyerap lebih banyak sinar Matahari dibandingkan lapisan es yang memantulkan cahaya. Akibatnya, panas terperangkap lebih banyak, sehingga mempercepat pencairan gletser. Inilah yang disebut sebagai albedo effect atau efek umpan balik positif.
- Pola Cuaca Ekstrem
Perubahan iklim juga memicu kejadian cuaca ekstrem seperti gelombang panas, badai, dan banjir. Gelombang panas yang berkepanjangan dapat mempercepat pencairan gletser, khususnya di wilayah beriklim sedang atau daerah pegunungan tropis.
Dampak Langsung Pencairan Gletser
- Kenaikan Permukaan Laut
Gletser yang mencair dalam skala besar dapat menambah volume air laut. Penelitian terbaru memproyeksikan kenaikan permukaan laut global hingga 32 cm jika gletser terus mencair dengan laju saat ini. Kenaikan air laut ini dapat merendam wilayah pesisir, pulau-pulau rendah, dan mengancam kota-kota besar di tepi pantai.
- Perubahan Pola Sirkulasi Laut
Mencairnya es gletser memengaruhi salinitas (kadar garam) dan suhu laut. Kondisi ini dapat mengganggu sirkulasi arus laut global yang selama ini menjaga kestabilan iklim regional. Misalnya, perubahan arus dapat berdampak pada cuaca ekstrem di beberapa wilayah dan memicu ketidakseimbangan ekosistem laut.
- Ancaman Terhadap Sumber Air
Bagi penduduk di wilayah pegunungan seperti Himalaya dan Andes, gletser merupakan “menara air” yang menjadi sumber pasokan air tawar untuk keperluan pertanian, perikanan, maupun konsumsi sehari-hari. Jika gletser menyusut secara signifikan, persediaan air di musim kering akan berkurang drastis, memicu krisis air di daerah yang bergantung pada gletser sebagai cadangan.
- Kerusakan Ekosistem Pegunungan
Spesies flora dan fauna yang hidup di ekosistem pegunungan terancam oleh perubahan suhu dan hilangnya habitat es. Banyak spesies gunung—misalnya lumut dan liken—yang bergantung pada iklim dingin. Jika suhu terus meningkat, keanekaragaman hayati setempat akan terganggu atau bahkan punah.
Proyeksi Ke Depan: Gletser Terus Mencair
Satu hal penting yang perlu dipahami adalah bahwa gletser memerlukan waktu untuk sepenuhnya beradaptasi atau merespons perubahan iklim. Bergantung pada ukurannya, proses “penyesuaian” ini bisa memakan waktu bertahun-tahun hingga puluhan tahun. Dengan kata lain, bahkan jika emisi gas rumah kaca dihentikan hari ini, gletser masih akan terus menyusut akibat pemanasan yang sudah terjadi di masa lalu (disebut sebagai emisi terpendam atau committed warming).
Kondisi ini memberi sinyal bahwa krisis iklim yang kita hadapi bukan ancaman masa depan semata, melainkan sudah berlangsung di depan mata. Tanpa tindakan pencegahan yang tepat, seperti pengurangan emisi secara drastis dan adaptasi berkelanjutan, kecepatan pencairan gletser akan sulit dibendung.
Langkah Mitigasi dan Adaptasi
- Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
Langkah paling krusial adalah memangkas emisi CO2 dan gas rumah kaca lainnya melalui transisi menuju energi bersih, seperti tenaga surya, angin, dan hidro. Penerapan kebijakan karbon yang ketat dan inovasi teknologi hijau di sektor transportasi, industri, dan pertanian menjadi kunci.
- Peningkatan Efisiensi Energi
Mendorong gaya hidup hemat energi di kalangan masyarakat, misalnya dengan menggunakan peralatan ramah lingkungan, mematikan listrik ketika tidak dibutuhkan, dan menerapkan konsep bangunan hijau (green building), dapat membantu menekan jumlah emisi.
- Reboisasi dan Perlindungan Ekosistem
Melestarikan hutan dan ekosistem alami lainnya merupakan cara efektif untuk menyerap CO2 dari atmosfer. Hutan yang sehat juga menjaga siklus air dan menopang keanekaragaman hayati, sekaligus memberikan ketahanan terhadap bencana alam.
- Adaptasi di Wilayah Rentan
Bagi daerah pesisir atau wilayah yang bergantung pada air gletser, kebijakan adaptasi sangat diperlukan. Termasuk di dalamnya pengembangan infrastruktur perlindungan pantai, penyesuaian sektor pertanian, hingga inovasi manajemen sumber daya air untuk menghadapi variabilitas cuaca ekstrem.
Kenapa Hal Ini Mendesak?
Studi-studi terbaru, termasuk laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), menekankan betapa mendesaknya situasi ini. Jika tidak segera ditangani, pencairan gletser yang kian cepat dapat mempercepat kenaikan permukaan laut, menenggelamkan wilayah pesisir, mengganggu ketahanan pangan dan air, serta menimbulkan migrasi iklim besar-besaran. Dampaknya akan bersinggungan langsung dengan stabilitas ekonomi, sosial, dan politik di tingkat global.
Kesimpulan
Pencairan gletser dalam beberapa dekade terakhir menjadi salah satu indikator paling nyata bahwa perubahan iklim sudah berdampak serius pada planet kita. Data dari penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature dan dirilis BBC menunjukkan hilangnya 270 miliar ton es per tahun di luar lapisan es Greenland dan Antartika. Angka ini setara dengan konsumsi air global selama 30 tahun, menunjukkan betapa besarnya eskalasi pencairan es.
Pemanasan global, aktivitas manusia yang tak terkendali dalam penggunaan bahan bakar fosil, serta efek umpan balik positif dari penurunan albedo, kian mendorong gletser menuju kondisi kritis. Keberlangsungan jutaan manusia dan ekosistem tergantung pada upaya kita menahan laju pemanasan dengan memotong emisi gas rumah kaca, beralih ke energi bersih, mengadopsi inovasi teknologi hijau, serta menyesuaikan kebijakan adaptasi. Jika kita gagal mengambil langkah segera, kehancuran ekosistem pegunungan, kenaikan permukaan laut, dan ancaman terhadap ketersediaan air tawar menjadi ancaman nyata yang akan kita wariskan kepada generasi mendatang.