Ekspor beras dari Thailand diharapkan akan menurun di tahun ini bila dibandingkan dengan tahun lalu. Salah satu alasannya adalah karena Indonesia telah memilih untuk mengurangi impor beras dari luar negeri.
Pada laporannya tentang Prospek Beras pada bulan April 2025 yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Department of Agriculture/USDA), prediksi mengenai penjualan ekspor padi Thailand dianggap akan menurun sebesar 29,2% jika dibandingkan dengan periode setahun sebelumnya.
“Kemerosotan tersebut disebabkan oleh kecepatan penjualan yang lebih rendah daripada perkiraan sampai bulan Februari, di mana hanya sekitar 1,2 juta ton yang berhasil dikirim,” demikian tertulis dalam laporannya oleh USDA dan dilaporkan pada hari Minggu (27/4/2025).
Departemen Pertanian AS (USDA) melaporkan bahwa ekspor beras dari Thailand menuju Indonesia telah merosot karena Indonesia memperkecil pembeliannya dari negeri tersebut. Tambahan pula, USDA mencatat bahwasanya pada saat ini, Thailand menjadi penyuplai beras termahal di kawasan Asia untuk produknya.
Berdasarkan temuan dalam laporannya, organisasi itu mengestimasi bahwa impor padi di Indonesia akan menurun mendekati 3,9 juta ton pada tahun ini, mencapai sekitar 800.000 ton akibat kenaikan produksi yang signifikan dan berarti.
Dalam laporan yang dirilisnya, USDA pun memperbaharui perkiraan cadangan terakhir beras di Indonesia. Menurut institusi tersebut, cadangan akhir Indonesia meningkat dengan signifikan yaitu sebanyak 0,6 juta ton mencapai hampir 5 juta ton.
USDA menyatakan bahwa dengan area tanam mencapai 11,4 juta hektare, peningkatan area tanam adalah sebesar 200.000 hektare dibanding perkiraan sebelumnya dan kira-kira 4% lebih lebar daripada tahun lalu. Peningkatan ini didorong oleh cuaca hujan yang bagus pada awal tahun 2025.
Di sisi lain, menurunnya pembelian beras dalam jumlah besar dari Indonesia juga telah memengaruhi harga beras dari negara lumbung beras tersebut.
Instansi tersebut mengamati ada pengurangan harga padi, yang jatuh ke titik terendah sejak bulan Desember tahun 2021.
“Menurut laporan USDA, untuk periode hingga 8 April, harga untuk Grade B Thailand 100% anjlok 4,5% menjadi $406 per ton, mencapai titik terendahnya sejak Desember 2021,” ungkap mereka.
Di samping penjualan beras yang berkurang di Indonesia, adanya produksi yang melimpah dari hasil panen masa tanam pertama dan kenaikan ekspor dari India pun ikut mendorong penurunan harga beras Thailand.