Belakangan ini, makanan berlabel “gluten free” semakin populer dan dianggap lebih sehat. Banyak orang mengira bahwa mengurangi gluten dalam pola makan bisa memberikan manfaat kesehatan, seperti halnya mengurangi asupan gula atau lemak.
Namun, apakah gluten benar-benar berbahaya? Ataukah ini hanya tren diet yang berkembang di masyarakat?
Gluten adalah protein alami yang ditemukan dalam biji-bijian seperti gandum, jelai (barley), dan gandum hitam (rye). Gluten memiliki peran penting dalam industri pangan, terutama dalam pembuatan roti, pasta, pizza, dan kue, karena memberikan tekstur kenyal dan membantu menyatukan bahan-bahan.
Makanan yang mengandung gluten antara lain:
✅ Roti dan kue berbahan tepung terigu
✅ Pasta dan mie
✅ Pizza
✅ Sereal dan granola
✅ Produk olahan seperti saus dan makanan cepat saji
Meski banyak ditemukan dalam makanan sehari-hari, gluten sebenarnya tidak berbahaya bagi kebanyakan orang. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa makanan yang mengandung gluten justru lebih sehat dibandingkan diet bebas gluten tanpa alasan medis.
Gluten tidak berbahaya bagi kebanyakan orang. Namun, ada beberapa kelompok yang memang harus menghindarinya karena alasan medis.
Penyakit celiac adalah penyakit autoimun di mana sistem imun seseorang bereaksi terhadap gluten dengan menyerang lapisan usus halus. Akibatnya, usus mengalami peradangan dan mengalami kesulitan dalam menyerap nutrisi.
Penyakit celiac adalah kondisi genetik, dan satu-satunya cara untuk menghindari gejala adalah dengan diet bebas gluten seumur hidup.
Gejala penyakit celiac:
❌ Diare atau sembelit kronis
❌ Nyeri perut dan kembung
❌ Kelelahan dan anemia
❌ Ruam kulit kronis (dermatitis herpetiformis)
❌ Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
Beberapa orang mengalami reaksi negatif terhadap gluten tanpa mengalami penyakit celiac. Kondisi ini disebut sebagai sensitivitas gluten non-celiac atau intoleransi gluten.
Mereka yang mengalami kondisi ini akan merasakan gejala seperti kembung, sakit kepala, kelelahan, atau gangguan pencernaan setelah mengonsumsi gluten.
Namun, tidak seperti celiac, kondisi ini tidak menyebabkan kerusakan pada usus halus dan tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh.
Beberapa kondisi kesehatan yang berkaitan dengan peradangan kronis juga disebut mendapatkan manfaat dari diet bebas gluten.
Kondisi tersebut meliputi:
🔹 Radang sendi (arthritis) – Menghindari gluten dapat membantu mengurangi nyeri dan peradangan pada sendi.
🔹 Penyakit radang usus (inflammatory bowel disease/IBD) – Gluten bisa memperburuk gejala Crohn’s disease dan kolitis ulseratif pada sebagian orang.
🔹 Endometriosis – Sebagian wanita dengan endometriosis melaporkan perbaikan kondisi setelah mengurangi gluten.
🔹 Gangguan tiroid autoimun (Hashimoto’s thyroiditis) – Beberapa studi menunjukkan hubungan antara penyakit Hashimoto dan sensitivitas gluten.
Namun, perlu dicatat bahwa diet bebas gluten tidak selalu diperlukan bagi semua penderita kondisi ini. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum mengubah pola makan.
Jika Anda tidak memiliki penyakit celiac, intoleransi gluten, atau kondisi medis tertentu, maka tidak ada alasan kuat untuk menghindari gluten.
Bahkan, diet bebas gluten bisa menyebabkan kekurangan nutrisi karena banyak makanan yang mengandung gluten juga kaya akan:
🥦 Serat (penting untuk kesehatan pencernaan)
💪 Vitamin B kompleks (mendukung fungsi otak dan energi)
🦴 Zat besi dan magnesium (penting untuk kesehatan tulang dan darah)
Menghilangkan gluten tanpa alasan medis justru dapat menyebabkan pola makan yang kurang seimbang.
Gluten tidak berbahaya bagi kebanyakan orang dan menghindarinya tanpa alasan medis tidak memberikan manfaat kesehatan yang signifikan.
Namun, bagi penderita penyakit celiac, intoleransi gluten, atau beberapa kondisi peradangan, diet bebas gluten memang dianjurkan untuk menghindari gejala yang tidak nyaman.
Jika Anda merasa memiliki reaksi negatif setelah mengonsumsi gluten, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Jangan hanya mengikuti tren tanpa memahami kebutuhan tubuh Anda sendiri.