Berbicara saat tidur terdengar seperti hal sepele, sekadar gumaman acak di tengah malam yang mudah Anda abaikan. Namun, bagi sebagian orang, itu seperti mimpi yang tak sabar keluar dari kepala. Kadang terdengar seperti curhat setengah sadar, kadang seperti sandiwara absurd dari pikiran yang lupa kalau tubuh sedang istirahat.
Menariknya, fenomena ini bukan sekadar kebiasaan aneh. Psikolog dan peneliti tidur menemukan bahwa mereka yang sering mengigau ternyata punya pola kepribadian tertentu yang diam-diam cukup kuat. Dilansir dari VegOut, berikut ini delapan ciri halus yang sering dimiliki oleh orang-orang yang hobi ‘bicara tengah malam’ tanpa sadar.
Bayangkan danau tenang yang siang harinya terus dilempari kerikil kecil. Riaknya mungkin tidak terlihat, tapi ketika malam tiba, airnya belum juga benar-benar tenang. Begitulah orang yang mengigau. Mereka tidak selalu terlihat emosional, tapi banyak hal kecil tertahan di bawah permukaan. Obrolan yang belum selesai, rasa cemas yang belum hilang, atau pikiran-pikiran kecil yang seolah tidak penting tapi sebenarnya membekas. Saat tidur, semua itu mencuat. Ini bukan dalam bentuk drama besar, tapi gumaman acak yang justru lebih jujur daripada ekspresi siangnya.
Ada orang yang suka memendam, ada pula yang secara alami suka mengekspresikan perasaan. Pengigau termasuk yang kedua. Mereka biasanya penuh cerita, suka menggambarkan sesuatu dengan detail, bahkan kadang tanpa sadar ngomong sendiri saat mencuci piring. Pikiran mereka seperti radio yang selalu memutar siaran, meskipun tidak ada yang mendengarkan. Saat tidur, tombol “off”-nya tidak benar-benar berfungsi. Otak mereka tetap memancar, bahkan saat tubuh sedang istirahat.
Bukan berarti lambat, tapi otak mereka butuh waktu untuk memproses. Seringkali, hal-hal yang terjadi di siang hari baru terpikirkan sepenuhnya saat malam tiba. Pada waktu itu, kesadaran sudah memudar dan filter mental menipis. Jadi, jangan heran kalau igauan mereka terdengar seperti sisa-sisa percakapan yang belum selesai. Bukan karena lupa, tapi karena prosesnya belum tuntas.
Banyak pengigau punya daya ingat mimpi yang kuat. Bahkan ketika terjaga, mereka hidup dalam dunia visual dan metafora. Kepala mereka seperti bioskop yang tidak pernah tutup. Mereka cenderung kreatif, suka melamun, dan melihat hidup seperti cerita yang ingin terus ditulis ulang. Maka, wajar kalau bagian dari dunia batin itu kadang bocor keluar saat malam tiba.
Tidur itu jujur. Kadang orang yang terlihat tenang justru menyimpan banyak hal tak terucap. Pengigau sering kali adalah penjaga harmoni. Mereka menahan amarah, menghindari konflik, dan mencoba tetap kalem meski di dalam sedang riuh. Lalu, malam datang. Isi kepala yang tak sempat keluar siang hari akhirnya mencari jalan lewat gumaman, bisikan, atau potongan kata yang terdengar acak, tetapi sebenarnya sarat makna.
Perhatikan isi igauan—jarang ada tentang pekerjaan atau angka-angka. Yang sering muncul? Nama seseorang, obrolan pribadi, atau kejadian kecil yang menyentuh hati. Orang yang mengigau biasanya punya radar sosial yang tajam. Mereka membaca bahasa tubuh, menangkap perubahan nada suara, dan terhubung erat dengan orang di sekitarnya. Bahkan saat tidur pun, relasi tetap ada di pikiran mereka.
Tubuh istirahat, tapi pikiran masih kerja lembur. Begitulah kira-kira. Pengigau sering memutar ulang percakapan, menyusun ulang rencana, atau menganalisis kejadian hari itu bahkan setelah lampu dimatikan. Seperti laptop yang kelihatan mati tapi kipasnya masih bunyi. Mereka teliti, bertanggung jawab, dan sering kali bisa diandalkan. Tapi ya itu… susah benar-benar lepas. Bahkan saat mimpi, mereka masih setengah terhubung ke “sinyal dunia nyata”.
Kalau biasanya pikiran butuh filter sebelum jadi kata-kata, pengigau kadang melompati proses itu. Mereka bisa tiba-tiba ngomong ide yang baru setengah jadi, atau nyeletuk tanpa sadar saat berpikir keras. Saat tidur, tembok itu makin tipis. Jadi jangan heran kalau mimpi mereka keluar dalam bentuk kata, bukan hanya gambar. Pikiran mereka tidak hanya berjalan—tapi juga berbicara.
Mengigau mungkin terdengar seperti lelucon kecil di malam hari. Tapi di balik gumaman acak itu, sering tersembunyi jejak-jejak dari kepribadian yang sensitif, ekspresif, dan penuh kedalaman. Jadi kalau Anda atau seseorang di dekat Anda sering “siaran malam” tanpa sadar—mungkin, itu bukan sekadar kebiasaan. Tapi jendela kecil menuju isi hati yang belum sempat bicara di siang hari.