Tahun 2025 telah tiba, membawa tantangan baru sekaligus mewarisi berbagai dinamika kompleks dari tahun sebelumnya. Menurut Analis Kebijakan Madya Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Rahadian Zulfadin, tiga isu besar masih mendominasi situasi global: konflik geopolitik, perubahan kepemimpinan politik, dan proyeksi ekonomi global yang lemah.
Konflik geopolitik tetap menjadi salah satu sumber utama ketidakpastian global. Efek perang Ukraina-Rusia terus terasa, sementara ketegangan di Timur Tengah dan Laut Cina Selatan masih belum mereda. Di sisi lain, perubahan kepemimpinan di lebih dari 60 negara pada tahun lalu, termasuk di Indonesia dengan transisi dari Presiden Joko Widodo ke Presiden Prabowo Subianto, diperkirakan membawa pengaruh besar terhadap arah kebijakan ekonomi global dan domestik.
Situasi ekonomi global juga belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi Covid-19. Pada 2024, pertumbuhan ekonomi global menunjukkan variasi antar kawasan. Amerika Serikat mencatat pertumbuhan 2,7% yoy pada kuartal III-2024, sementara Eropa stagnan di 0,9%. Ekonomi Tiongkok melambat signifikan, dengan pertumbuhan di bawah 5%—angka terendah dalam 30 tahun terakhir. Di sisi lain, kawasan ASEAN, termasuk Indonesia, masih mampu menunjukkan ketahanan meski permintaan global menurun.
Di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan stabilitas yang patut diapresiasi. Setelah sempat terkontraksi akibat pandemi, ekonomi domestik pulih dengan pertumbuhan konsisten di kisaran 5% sejak 2021. Inflasi juga berhasil ditekan hingga di bawah 2%, mencerminkan keberhasilan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga.
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menjadi salah satu motor penggerak utama kebangkitan ekonomi Indonesia. Transisi kepemimpinan yang berjalan lancar pada 2024 juga memberikan kepercayaan lebih terhadap stabilitas politik dan ekonomi domestik.
Pada Tahun 2025, perekonomian global masih dihadapkan pada tantangan besar. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global mencapai 3,2%, sedikit lebih rendah dari prediksi sebelumnya sebesar 3,3%. Risiko perang yang meningkat dan proteksionisme perdagangan menjadi faktor utama yang membayangi.
Kebijakan proteksionis yang diambil oleh pemimpin global baru, seperti Presiden Donald Trump di Amerika Serikat, juga diperkirakan memengaruhi dinamika perdagangan internasional. Rahadian Zulfadin menekankan pentingnya memperkuat struktur ekonomi domestik agar lebih siap menghadapi tantangan global. Prioritas pada pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai pondasi utama ekonomi Indonesia.
Ekonomi Indonesia berhasil menunjukkan ketahanan di tengah tantangan global yang kompleks. Stabilitas makroekonomi, pengelolaan fiskal yang sehat, dan pertumbuhan yang konsisten menjadi faktor kunci keberhasilan ini. Namun, risiko global seperti konflik geopolitik, perlambatan ekonomi, dan proteksionisme perdagangan memerlukan perhatian serius. Memperkuat sumber daya manusia menjadi langkah strategis untuk menghadapi ancaman di masa depan sekaligus mendorong Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.