Perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat, Nvidia, kehilangan nilai pasar hingga US$600 miliar atau setara dengan Rp9.731,7 triliun (kurs Rp16.219 per dolar AS) pada Senin (27/1). Penurunan drastis ini dipicu oleh kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) baru asal China, DeepSeek, yang memicu kegemparan besar di dunia teknologi dan pasar saham AS.
DeepSeek, sebuah teknologi AI mutakhir yang dikembangkan oleh startup asal China dengan nama yang sama, menjadi sorotan setelah aplikasi chatbot-nya berhasil menjadi aplikasi gratis dengan peringkat tertinggi di Apple App Store AS. Keberhasilan ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena DeepSeek dikembangkan dengan biaya hanya US$5,6 juta—jumlah yang jauh lebih kecil dibandingkan miliaran dolar yang dikeluarkan oleh raksasa teknologi seperti Nvidia, OpenAI, atau Google untuk membangun teknologi AI mereka.
Marc Andreessen, seorang investor teknologi terkenal, bahkan menyebut kemunculan DeepSeek sebagai “momen Sputnik AI”, merujuk pada perlombaan teknologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet di era Perang Dingin.
Ketakutan akan ancaman DeepSeek terhadap dominasi perusahaan AI berbasis di Amerika Serikat menyebabkan investor melakukan aksi jual saham besar-besaran di sektor teknologi. Saham Nvidia anjlok hingga 17 persen, dengan kerugian nilai pasar yang menjadi rekor terburuk dalam sejarah perusahaan tersebut. Indeks Nasdaq, yang banyak diisi oleh perusahaan teknologi, juga mencatat penurunan lebih dari 3 persen.
Kathleen Brooks, Direktur Riset di XTB, menilai bahwa kemunculan DeepSeek mencerminkan tantangan serius terhadap dominasi teknologi AS. “Pertanyaan besarnya sekarang adalah apakah China dapat menciptakan teknologi yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih hemat biaya dibandingkan AS,” kata Kathleen.
Meski DeepSeek berhasil menarik perhatian global, banyak pihak di pasar keuangan yang masih skeptis terhadap klaim startup ini. Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B Riley Wealth, menggambarkan respons pasar terhadap DeepSeek sebagai langkah tergesa-gesa. “Orang-orang sedang mencoba mencari tahu, ‘Apakah ini bisa dipercaya?’ dan ‘Apa dampaknya dalam jangka panjang?’,” ujar Hogan.
Namun, satu hal yang pasti adalah kemunculan DeepSeek telah memanaskan persaingan di industri AI global, yang sebelumnya didominasi oleh perusahaan-perusahaan berbasis di AS.
Salah satu keunggulan DeepSeek adalah kemampuan mereka untuk mengembangkan teknologi AI dengan biaya yang sangat rendah. Startup ini mengklaim telah memanfaatkan pendekatan inovatif yang memungkinkan penghematan biaya pengembangan tanpa mengorbankan kualitas teknologi.
Hal ini membuka peluang bagi negara-negara lain untuk mengikuti jejak China, menciptakan ekosistem AI global yang lebih kompetitif dan inklusif.
Kemunculan DeepSeek menjadi peringatan bagi perusahaan teknologi di AS untuk tidak lengah. Persaingan antara AS dan China di sektor AI diprediksi akan semakin ketat dalam beberapa tahun ke depan, terutama jika teknologi seperti DeepSeek terus menunjukkan kemajuan signifikan dengan biaya rendah.
Apakah DeepSeek benar-benar akan menjadi ancaman serius bagi raksasa teknologi AS seperti Nvidia? Hanya waktu yang dapat menjawabnya. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa dunia AI kini memasuki era baru di mana efisiensi, inovasi, dan biaya menjadi faktor penentu dalam memenangkan perlombaan teknologi ini.