PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) menargetkan pertumbuhan pendapatan dobel digit sepanjang 2025. DMMX memiliki sejumlah strategi untuk memperbaiki kinerja dan memperluas pasar pada semester II-2025.
Bercermin dari kinerja awal tahun, DMMX perlu upaya ekstra mencapai target tersebut. Pendapatan DMMX anjlok 43,28% secara tahunan (year on year/yoy), dari Rp336,33 miliar menjadi Rp190,75 miliar pada kuartal I-2025.
Meskipun begitu, DMMX berhasil memangkas beban pokok pendapatan sebanyak 47,25% (yoy). Hal ini mendorong laba bruto tumbuh 14,05% (yoy) menjadi Rp24,83 miliar.
Secara bottom line, emiten teknologi yang bergerak di bisnis solusi periklanan digital berbasis cloud ini mampu membalikkan rugi menjadi laba. DMMX meraih laba bersih sebesar Rp9,67 miliar pada kuartal I-2025. Bandingkan dengan rugi Rp35,42 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Perolehan laba DMMX didorong oleh posisi rugi investasi lainnya yang mengalami penurunan signifikan. Dari Rp42,33 miliar, kini tersisa Rp9,01 juta.
Direktur Utama Digital Mediatama Maxima, Budiasto Kusuma, menjelaskan penurunan pendapatan DMMX disebabkan oleh sejumlah faktor. Ini termasuk efek tekanan ekonomi dan pelemahan konsumsi masyarakat yang berdampak pada bisnis ritel, khususnya segmen menengah.
Walaupun sektor ritel masih dibayangi pelemahan konsumsi, Budiasto optimistis DMMX tetap dapat membukukan kinerja keuangan yang sehat. Ia meyakini DMMX dapat menjaga perolehan laba bersih sampai tutup tahun 2025 karena sudah tidak lagi tertekan oleh rugi investasi.
“(Rugi investasi) karena waktu itu kena dampak dari penurunan kinerja di perusahaan teknologi. Kami ada investasi di beberapa perusahaan untuk melengkapi ekosistem. Jadi tahun ini seharusnya kami bisa konsisten laba,” kata Budiasto di sela agenda DigimaxTalks Series Volume 3, Kamis (3/7).
Untuk memperbaiki posisi pendapatan, Budiasto membeberkan sejumlah strategi DMMX di sisa tahun ini:
DMMX akan memacu segmen layanan dengan margin laba yang lebih tinggi. Mereka juga mengejar kontrak baru dengan pelanggan yang segmen bisnisnya masih bisa tumbuh. DMMX melirik pelanggan potensial dari bisnis ritel atau gerai food and beverage (F&B) yang menyasar segmen bawah (low-end). Sebab, bisnis di segmen ini memiliki daya tahan lebih kuat, bahkan masih mampu tumbuh di tengah penurunan daya beli masyarakat. Budiasto mencontohkan peluang dari digitalisasi warung tegal (warteg) serta pertumbuhan gerai F&B lokal seperti Mie Gacoan. “Jadi untuk top line kami mau kejar di segmen entry level. Warteg juga kan berkembang. Ini kami mau (kerja sama) dengan 50 warteg,” ungkap Budiasto.
DMMX telah memperkenalkan AI Digital Human untuk membantu pebisnis ritel mengoptimalkan pemasaran berbasis data. Ini juga membantu menangkap peluang cross-selling atau up-selling, serta mendorong konversi penjualan di pasar yang semakin kompetitif. “Teknologi AI seperti AI Digital Human akan menjadi game changer dalam industri ritel. Adopsi AI merupakan langkah krusial yang tidak hanya meningkatkan efisiensi bisnis tetapi juga membuka jalan bagi strategi pemasaran yang lebih relevan dan terukur,” kata Budiasto.
DMMX mendirikan perusahaan patungan (Joint Venture/JV) untuk mendukung transformasi digital ekosistem bisnis amal usaha Muhammadiyah. DMMX telah menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan dua entitas di bawah naungan Muhammadiyah, yaitu PT Surya Ahda Digital (Sadigi) dan kampus Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan – Jakarta, pada 25 Juni 2025. Dengan posisi Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi terbesar di Indonesia, Budiasto optimistis kerja sama ini akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi performa bisnis DMMX. “Di tahun pertama, kami akan fokus bangun infrastruktur dulu, mana yang cocok dengan jaringannya Muhammadiyah. Tahun depan baru kami kebut,” terang Budiasto.
DMMX membentuk JV bernama ZKDigimax dengan perusahaan asal China, ZKTeco. Budiasto bilang, ZKDigimax telah menjangkau pasar di sejumlah negara Asia Tenggara, Asia, Eropa hingga Amerika Selatan.
Guna menopang berbagai strategi DMMX tersebut, DMMX menyiapkan belanja modal (capex) sekitar Rp60 miliar. Budiasto memberikan gambaran, DMMX telah merealisasikan capex sekitar Rp15 miliar – Rp20 miliar hingga kuartal I-2025. “(Capex tahun 2025) mayoritas digunakan untuk pembelian barang produktif untuk disewakan,” tandas Budiasto.