Strategi Telkom: Merampingkan Anak Usaha untuk Peningkatan Kinerja

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) berencana menutup anak usaha yang tidak memberikan kontribusi signifikan. Perusahaan tengah melakukan evaluasi secara menyeluruh.

Telkom saat ini memiliki 12 anak perusahaan yang mereka miliki langsung. Pendapatan dari anak usaha tersebut terkonsolidasi dengan perusahaan. Adapun anak perusahaan tersebut antara lain: PT Metra-Net, PT Pins Indonesia, PT Sigma Cipta Caraka (Telkomsigma), PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat), PT Infrastruktur Telekomunikasi Indonesia (TelkomInfra), PT Telekomunikasi Indonesia Internasional, dan PT Multimedia Nusantara (Telkometra). Kemudian, PT Telkom Data Ekosistem (NeutraDC), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (Mtiratel), PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Telkom Akses, dan PT Graha Sarana Duta (Telkom Property).

Direktur Utama Telkom, Dian Siswarini, mengatakan perusahaan tengah memantau dan melakukan evaluasi terhadap anak dan cucu perusahaan. Salah satu poin evaluasi adalah kontribusi yang anak dan cucu perusahaan berikan kepada perusahaan telekomunikasi milik negara tersebut, di tengah kondisi penurunan kinerja.

Langkah ini perusahaan lakukan sesuai arahan Danantara. Tujuannya agar Telkom dapat bergerak lebih ramping dan lincah menghadapi persaingan industri telekomunikasi yang makin menantang.

“[Anak dan cucu perusahaan] yang tidak memberikan value kepada kami, tentu akan mulai di-swept,” kata Dian dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI, Rabu (2/7/2025).

Dian menambahkan, selain menutup, perusahaan juga membuka opsi menggabung anak dan cucu perusahaan Telkom dengan anak perusahaan BUMN lain. Proses tersebut dapat terjadi dengan hadirnya Danantara.

Sebagai contoh, kata Dian, anak perusahaan properti di satu perusahaan BUMN kini bisa digabung dengan anak perusahaan properti lain. Hal tersebut juga berlaku untuk anak dan cucu usaha Telkom.

“Untuk streamlining (perampingan), sekarang Pak Seno (Direktur Strategic Portfolio Telkom) yang akan melakukan review-nya. Memang ke depannya agar Telkom ini bisa menjadi lebih ramping dan juga lebih lincah, serta lebih menguntungkan,” kata Dian.

Fokus ke Bisnis Inti dan Saran Para Ahli

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC), Tesar Sandikapura, mengatakan, selain bergerak lebih lincah dan menguntungkan, penutupan anak usaha juga membuat beban keuangan perusahaan lebih rendah. Alhasil, laba yang dibukukan lebih optimal.

“Sehingga Telkom bisa fokus kepada core business yang memang masih menguntungkan,” kata Tesar kepada Bisnis, Kamis (3/7/2025).

Adapun mengenai anak usaha yang Tesar nilai perlu perusahaan pertimbangkan untuk mereka tutup atau lebur, adalah anak perusahaan yang bergerak di bidang aplikasi dan memiliki pesaing besar.

Menurutnya, Telkom memiliki jejak kurang optimal dalam hal ini. Ia menyinggung e-commerce Blanja.com yang ditutup pada September 2020 karena kalah bersaing dengan raksasa e-commerce lainnya seperti Tokopedia dan Shopee. Layanan aplikasi keuangan seperti LinkAja, menurut Tesar, salah satu yang dapat dipertimbangkan.

Terpisah, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward, mereka meyakini Telkom sudah membuat kajian menyeluruh dan risiko dari semua sisi mengenai langkah yang mereka ambil.

“Jadi, [langkah ini] sudah merupakan solusi terbaik untuk meningkatkan kinerja Telkom,” jelas dia.

Dari segi peluang, Ian menyebut upaya ini akan meningkatkan revenue serta menjaga level risiko untuk keberlangsungan bisnis digital perusahaan hingga puluhan tahun. Kendati demikian, perlu waktu penyesuaian untuk setiap perubahan.

Lebih lanjut, ia menilai Telkom beserta pengguna layanannya memerlukan anak usaha yang mampu memberikan dukungan. Mulai dari sisi pendapatan, sinergi, hingga dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat Indonesia sehingga perseroan dapat bertumbuh.

Tumpang Tindih Anak Usaha dan Perlunya Audit

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menilai Telkom perlu mendahului rencana penutupan anak dan cucu usaha minim kontribusi dengan proses audit. Menurutnya, mereka memerlukan audit guna mendapatkan potret yang jelas mengenai kondisi masing-masing perusahaan di bawah naungan Telkom Group.

“Baiknya diaudit dulu semua perusahaan di bawah Telkom Group agar terpotret jelas bagaimana kondisi masing-masing perusahaan. Setelah itu, baru dievaluasi dan diputuskan, mana yang bisa digabung dan mana yang harus ditutup,” kata Heru.

Tiap-tiap anak dan cucu usaha kami anggap harus fokus pada kinerja masing-masing dan potensi perusahaan ke depan. Sebab, jelasnya, Telkom memiliki banyak anak dan cucu usaha di luar scope bisnis perusahaan yang saling beririsan satu sama lain.

Sementara itu, lanju t Heru, sebagai perusahaan, Telkom harus lebih ringkas demi mempermudah gerak serta menjadi lebih efisien. “Kalau kegemukan susah bergerak dan pasti boros. Banyak orang yang sama mendapat pendapatan dari anak usaha berbeda, padahal gajinya seperti di Telkom sudah besar. Anak usaha yang kurang menguntungkan dan tidak memiliki prospek hanya jadi cash cow (sapi perah) saja,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Melawan Judi Online: Film “Agen+62” dan Inovasi Keamanan DANA

Melawan Judi Online: Film “Agen+62” dan Inovasi Keamanan DANA

Sok Jago Pamer Senpi dan Ngaku Dekat Prabowo, Zabidi Kini Ditahan Polisi

Sok Jago Pamer Senpi dan Ngaku Dekat Prabowo, Zabidi Kini Ditahan Polisi

Dokter Tifa Soroti Kondisi Jokowi: Dugaan Autoimun dan Respons Istana

Dokter Tifa Soroti Kondisi Jokowi: Dugaan Autoimun dan Respons Istana

DPR AS Loloskan Anggaran Trump US$3,4 Triliun: Pemangkasan Pajak dan Perubahan Kebijakan Energi

DPR AS Loloskan Anggaran Trump US$3,4 Triliun: Pemangkasan Pajak dan Perubahan Kebijakan Energi

Kisah Pilu di Balik Pembunuhan Lidia Kristina: Suami Pecandu Narkoba dan KDRT

Kisah Pilu di Balik Pembunuhan Lidia Kristina: Suami Pecandu Narkoba dan KDRT

Piala Super Eropa 2025: PSG vs Tottenham Hotspur, Sejarah Berpihak pada Juara Liga Champions?

Piala Super Eropa 2025: PSG vs Tottenham Hotspur, Sejarah Berpihak pada Juara Liga Champions?